“Politik Mahar Menghapus Harapan Anak Muda,” Ini Kata Presiden Suara Gen Z

Serang, derajat-online.com

Euforia Pilkada 2024 mulai terasa. Selain atribut sosialisasi yang mulai marak, pembukaan penjaringan bakal calon pemimpin daerah oleh sejumlah partai politik pun mempertebal atmosfer kontestasi.

Hanya saja, baru-baru ini publik dikagetkan dengan mundurnya salah satu Bakal Calon Walikota Serang, Ahmad Jayani, dari penjaringan Bacawalkot Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPC Kota Serang. Menarik benang merah alasan mundurnya Ahmad Jayani yang statemennya telah menjadi konsumsi publik,  para Gen-Z pun membaui aroma tak sedap atas keputusan Plt. Ketua DPD KNPI Banten tersebut; ditengarai ‘politik mahar’ menjadi penyebab.

Aditya Ramadhan selaku Presiden Suara Gen Z angkat bicara. Menurutnya ‘politik mahar’ sangat merugikan khususnya kepada anak-anak muda.

“Kita senang jika banyak anak muda yang memberanikan diri untuk mencalonkan sebagai bakal calon kepala daerah, kita merasa terwakili. Adanya politik mahar semacam ini tentu menghapus harapan anak muda yang ingin berbakti dan turut serta memimpin kemajuan daerah,” ungkapnya, Minggu (19/05) di Sekretariat Suara Gen-Z, Serang.

Menurut Aditya,  awalnya ia kaget mendengar hal tersebut karena melihat kontestasi yang terjadi di Pilpres lalu saat Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, berpasangan dengan Anies Baswedan banyak memberikan perubahan pada iklim demokrasi di Indonesia.

“Ya, jujur kita kaget dengarnya. Padahal kemarin sudah sangat epik ketika Cak Imin berpasangan dengan Pak Anies. Kehidupan demokrasi kita perlahan hidup dan membaik, kampanye politik ala-ala anak muda seperti ‘Desak Anies’, ‘Slepet Imin’ menjadi salah satu contoh pendekatan kampanye tanpa money politic, saya sangat apresiasi itu. Dengan adanya kejadian ini kami anak-anak muda hilang respect dan kurang percaya kepada Partai PKB,” tambah Aditya Ramadhan yang dikenal sebagai aktivis gerakan di Banten.

“Saya mengharamkan setiap praktik-praktik ‘politik mahar’, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang dibungkus dengan embel-embel infak dan lain-lain. Anak muda ini, kan, hanya punya semangat, ide, dan gagasan dalam membangun daerah. Adanya politik mahar rentan melahirkan pemimpin kotor. Emang kita mau anak-anak muda kita menjadi generasi korup? Ya enggak, kan?” tanyanya dengan nada retoris.

Di akhir perbincangan,  Aditya menyampaikan akan mengajak kepada seluruh anak muda untuk tidak lagi percaya dan memilih partai yang menggunakan politik mahar.

“Suara Gen-Z ini rumah anak muda khususnya anak-anak Generasi Z. Kita akan edukasi dan ajak teman-teman gen-z lain untuk tidak lagi percaya bahkan mengajak kepada seluruh anak muda dan masyarakat yang ada untuk tidak lagi memilih partai yang menggunakan politik mahar, termasuk Partai PKB,” janji Aditya Ramadhan, “Saya mengitruksikan kepada seluruh pemuda khususnya Gen-Z untuk tidak memilih calon walikota yang didukung oleh PKB karena telah merusak nilai-nilai demokrasi.” Titahnya. *** Noel